blokir judi online

Blokir Judi Online Gratis, Mafia Judi Online Manfaatkan Domain Pemerintah

Praktik peretasan situs pemerintah oleh situs judi online semakin marak. Bahkan, sebanyak 291 situs telah diretas, beberapa di antaranya adalah situs milik pemerintah yang berbasis di Provinsi Jawa Tengah.

Menurut pakar keamanan siber dari Lembaga Penelitian Siber Indonesia dikutip dari kami, Dokter Pratama Persadha, latar belakang mafia judi online adalah menggunakan domain milik pemerintah karena dianggap sebagai alamat situs tidak akan diblokir.

Blokir Judi Online

Pratama mengatakan blokir judi online sebenarnya sangat mudah. Namun, ketika situs dengan domain go.id diblokir, seluruh sistem di domain tersebut akan diblokir. Hal ini akan berdampak pada pelayanan masyarakat.

“Tapi ini tidak terjadi begitu saja karena pemilik para penjudi ini pandai meretas. Bisa jadi karena keamanan webnya sangat lemah sehingga bisa dimanfaatkan oleh orang lain agar mengambil posisi untuk mendapatkan situs judi online,” Ucap Pratama.

Lantas apa lagi yang membuat para mafia judi online menjadikan situs online sebagai target peretasan mereka? Berikut ini lebih lanjut:

Pratama mengatakan bahwa keamanan siber dari peretas tidak hanya menjadi tanggung jawab orang-orang teknologi informasi dan admin, tetapi juga tanggung jawab semua orang dalam suatu organisasi.

Kedengarannya seperti vokal campuran, dua TikToker ini memiliki suara yang unik

Dia mencontohkan, jika sebuah instansi pemerintah memiliki situs online, maka penanggung jawab pengelolaannya harus dimulai dari kepala daerah hingga office boy.

Selain itu, para pemimpin lokal juga harus menyadari bahwa situs web yang dikelola oleh staf mereka rentan terhadap peretasan.

Pratama menjelaskan, jika seorang pimpinan menegaskan bahwa keamanan siber atau information security menjadi prioritas, maka jajarannya akan berusaha semaksimal mungkin untuk memastikan sistem informasi tersebut benar-benar aman.

Pratama mencontohkan perilaku yang meningkatkan tingkat kerawanan peretasan, yaitu menempelkan password WiFi sembarangan di dinding kantor, menempelkan username dan password di layar komputer, serta tidak membatasi akses oleh orang yang tidak berkepentingan untuk masuk ke ruangan dengan komputer.

Oleh karena itu, ketika terjadi hack sebenarnya bukan salah orang IT atau mungkin orang IT dan admin tidak peduli.

“Namun, hal itu disebabkan oleh pimpinan yang tidak peduli. Jika mereka peduli, mereka pasti akan menginstruksikan karyawannya untuk memberikan keamanan yang maksimal,” kata pria yang juga menjabat sebagai ketua CISSRec ini.

Baca Juga : 5 Negara Pemain Judi Terbanyak Sedunia, Coba Lihat Deh!!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *